Minggu, 18 Januari 2015

Fakta: Ternyata Bola di Piala Dunia dan Piala Eropa Buatan Asli Majalengka



Hal terpenting dalam permainan sepakbola adalah bolanya. Tanpa bola, memangnya mau menendang angin? Dimulai dari bahan kulit yang sederhana, bola kini sudah berevolusi menjadi lebih rumit dan didesain menggunakan hukum-hukum fisika.

Di ajang Piala Dunia biasanya terdapat bola resmi. Tricolore untuk Piala Dunia 1998 Perancis, Fevernova untuk Jepang-Korea Selatan 2002, Teamgeist untuk Jerman 2006, dan Jabulani untuk Afrika Selatan 2010. Untuk Brasil 2014, bola resminya diberi nama Brazuca. Semua bola tersebut berlisensi perusahaan apparel asal Jerman.

Belum mampu melewati babak kualifikasi, bola menjadi “tiket” Indonesia untuk ikut serta di Piala Dunia. Ya, bola made in Indonesia sudah beberapa kali dipergunakan di ajang olahraga terakbar di planet ini.

Salah satu perusahaan asal Indonesia yang mampu memasok bola untuk Piala Dunia adalah Sinjaraga Santika Sport. Dalam sebulan, biasanya Sinjaraga Santika Sport mampu memproduksi 100 ribu bola. Harga jual bola bervariasi, mulai dari US$ 5-15 per buah.

Perancis 1998 merupakan momentum bersejarah, karena itulah kali pertama perusahaan yang memiliki pabrik di Majalengka (Jawa Barat) ini memproduksi bola resmi untuk Piala Dunia. “Kami pernah memproduksi untuk Piala Dunia 1998 di Perancis. Harganya ketika itu US$ 8 per buah, segitu sudah sangat besar,” kata Irwan Suryanto, pemilik Sinjaraga Santika Sport.

Bola made in Majalengka ini, lanjut Irwan, sudah mendapat lisensi FIFA. Artinya, bola ini memiliki standar baku yang ditetapkan. Sebagai informasi, FIFA menetapkan tujuh tes untuk mengetahui kelayakan bola resmi.

Pertama adalah circumference, yaitu menguji kesempurnaan lingkaran bola. Kedua adalah sphericity, untuk menguji stabilitas bola di udara. Ketiga adalah rebound, menguji pantulan bola. Keempat adalah water absorption, menguji tingkat ketahanan bola terhadap air


 elima adalah weight, menguji berat bola. Keenam adalah loss of pressure, menguji apakah bola kehilangan udara selama permainan atau tidak. Ketujuh adalah shape and size retention, menguji apakah berat dan ukuran bola berubah atau tidak selama permainan.

"Hanya kualitas kami satu-satunya di Indonesia yang punya standar FIFA. Kalau bola sudah punya standard approve atau inspect itu sudah bisa dipakai. Jadi pemain tidak boleh menolak," kata Irwan, yang juga Ketua Umum Asosiasi Industri Olahraga Nasional Indonesia (Asioni).

Di Brasil 2014, Sinjaraga Santika Sport kembali mengirimkan bola produksinya. Namun bukan untuk pertandingan resmi, melainkan acara-acara pendukung seperti sponsor, cinderamata, dan lain sebagainya.

“Kami mengirim 1 juta bola ke Brasil untuk kegiatan sponsor. Satu sponsor bisa memesan 25-50 ribu,” kata Irwan.

Selain Piala Dunia, bola buatan Sinjaraga Santika Sport juga dipakai di Piala Eropa. “Larisnya dua tahun sekali. Kalau tahun genap itu ramai,” ujar Irwan.

Sumber: Detik Finance

0 komentar:

Posting Komentar